Bully Berakhir Depresi

2 komentar
depresi

Warga Perumahan Villa Tangerang Elok, Pasar Kemis, Tangerang digegerkan dengan kasus vandalisme di Musala Darussalam yang ada di komplek perumahan. Kasus itu terjadi pada selasa (29/9/2020), dan diketahui oleh salah satu warga ketika akan melaksanakan shalat ashar.

Pelaku Bully Berawal Dari Korban Bully

Setelah diselidiki, pelaku diketahui seorang remaja berusia 18 tahun, seorang mahasiswa semester pertama di salah satu universitas swasta di Jakarta. Pelaku berinisial S ini kemudian diamankan oleh Polresta Tangerang pada hari yang sama untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Dari hasil pemeriksaan awal, menurut Kapolresta Tangerang Kombes Ade Ary Syam Indardi, pelaku dalam keadaan sehat dan dapat menjawab pertanyaan dari pihak penyidik. Namun untuk memeriksa lebih lanjut kondisi kejiwaan pelaku, kepolisian juga meminta keterangan keluarga, serta mendatangkan beberapa saksi ahli dari ahli bahasa, MUI, serta psikolog.

Korban Bullying

korban bullying
Dari pihak keluarga, pihak kepolisian mendapatkan keterangan bahwa pelaku merupakan sosok pendiam dan introvert, sehingga sering mendapatkan perundungan semasa SMA-nya. Setelah masuk ke perguruan tinggi, sikap pelaku menjadi lebih reaktif, sering berbuat negatif, dan berintonasi tinggi ketika berbicara. Bahkan pelaku meminta berhenti kuliah kepada orang tuanya, karena merasa tertekan dan tersiksa. 

Karena dianggap kondisinya membahayakan, orang tua pelaku melarang anaknya keluar rumah, dan memberikan pendampingan kejiwaan oleh psikolog. Namun pada hari kejadian, pelaku meminta uang kepada orang tua dengan dalih untuk jajan, mereka tidak tahu sama sekali kalau anaknya keluar rumah untuk membeli cat semprot yang kemudian digunakan untuk melakukan aksi vandalismenya di Musala Darussalam.

Depresi

Pihak kepolisian juga mendapatkan keterangan dari ahli kejiwaan (psikolog) dan ahli forensik Reza Indragiri. Dari keterangan Reza, dapat disimpulkan bahwa pelaku mengalami depresi, namun depresi bukan berarti gila atau mengalami gangguan jiwa, sehingga jika dinyatakan bersalah tidak bisa mendapatkan keringanan hukuman. Bahkan menurutnya, pihak keluarga jika terindikasi lalai dalam penjagaannya  justru bisa dikenai hukuman.

Lebih lanjut, Reza juga mengamanatkan kepada kepolisian agar bisa menjaga pelaku selama berada di sel tahanan. Karena depresi oleh para ilmuan dikenal sebagai gerbang bunuh diri, sehingga ditakutkan pelaku vandalisme tersebut bisa saja nekat untuk mengakhiri hidupnya jika tidak dijaga dengan ketat.

Efek Jangka Panjang Perundungan

Perundungan atau bullying adalah tindakan yang sangat memberi efek negatif dalam jangka panjang, baik kepada korban maupun kepada pelaku. Walaupun korban lebih mempunyai dampak psikologis yang dialami seperti tumbuh menjadi sosok yang temperamen, agresif, dan bersikap kasar terhadap orang lain. Dengan kata lain, korban akan mengalami depresi yang berkepanjangan.

Tidak hanya berbahaya bagi orang lain dengan depresinya, korban perundungan juga bisa membahayakan diri sendiri, karena bisa saja sampai menyakiti diri sendiri, cemas, mengalami gangguan anti sosial, bahkan  sampai melakukan bunuh diri.

Kasus perundungan biasanya banyak terjadi di lingkungan sekolah,  bahkan menurut data dari Penilaian Siswa Internasional atau OECD Programme for International Student Assessment (PISA) 2018, menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi ke lima dari 78 negara yang siswanya banyak mengalami perundungan. Dari data tersebut juga disebutkan bahwa sebanyak 41% siswa di Indonesia mengalami beberapa kali perundungan dalam waktu sebulan saja.

Peran Orang Tua dan Sekolah

Perundungan tidak akan terjadi begitu saja, pola pengasuhan orang tua akan ikut mempengaruhi mental sang anak. Maka diperlukan pemahaman kepada setiap orang tua, bahwa memberikan pengajaran dan contoh sikap yang baik dari orang tua semenjak dini sangat diperlukan oleh setiap anak. Jika tidak, dikhawatirkan anak akan tumbuh menjadi sosok pembuli kepada teman-temannya. Keluarga sebagai sekolah utama sanga anak, akan belajar baik secara langsung maupun tidak langsung dari sang mahagurunya: orang tua.

Pun dengan sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang menjadi salah satu tempat terlama yang dihabiskan anak dalam bersosialisasi, harus memahami betul perannya dengan baik, dengan berusaha maksimal untuk menjadikan sekolah sebagai tempat yang nyaman untuk berinteraksi dan belajar bagi para siswanya. Sekolah juga harus memaksimalkan peran guru Bimbingan dan Konseling untuk menjadi jembatan komunikasi antara anak, orang tua, dan juga dengan pihak sekolah.

Referensi:

1. jovee.id
2. liputan6.com
3. metro.tempo.co
4. radarcirebon.com
5. megapolitan.okezone.com
6. regional.kompas.com

Related Posts

2 komentar

  1. Satu tulisan apik ini ternyata sumbernya banyak. Asli memang tidak main-main Pak Regen ini dalam menulis satu naskah. Daebak

    BalasHapus

Posting Komentar