Puisi | Senandika | Kelu

Posting Komentar

Senandika

Adakalanya kita hanya bisa berdiam di saat semuanya tidak memungkinkan untuk kita ucapkan, atau tidak ada keberanian yang membuat lidah kita serasa kelu

Kelu


Kau memenggal hati
Bersamanya
Sampai merah darah gladiol
dan ringkih ilalang kering

Aku tetap menatapi
Mengagumimu
Pada cemarut sore yang dingin
dan gelapnya malam yang membeku

Bibirku bersiul
Berpadu rasa kagum dalam kebisuan
Terpatri di dasar jiwa
Melukis indah raga dan sukmamu

Batari
Laksana Pheonix yang menyala
Bersama rawi yang segera tenggelam
Melukis jingga di ufuk barat 

Semilir aliwawar merengkuh
mendesir
Merangkai melodi kelopak
dalam birai yang tetap kelu

Penutup

Ketika bibir ini kelu, biarkan hati tetap bergumam, berekspresi sesuka hati, agar raga dan jiwa tetap waras

Related Posts

Posting Komentar